Friday, January 25, 2013

ZUHUDNYA RASULULLAH


Suatu ketika Rasulullah SAW bersumpah akan berpisah dengan isteri-isterinya selama satu bulan, sebagai peringatan bagi mereka kerana kurang biasa mengikuti kehidupan beliau yang zuhud. Selama sebulan beliau tinggal seorang diri dalam sebuah kamar sederhana yang letaknya agak tinggi.
Terdengar kabar di kalangan para sahabat bahwa Nabi SAW telah menceraikan semua isterinya.
Ketika Umar bin Khaththab mendengar kabar ini, segera ia berlari ke masjid. Setiba di sana, ia melihat para sahabat sedang duduk termenung, mereka bersedih dan menangis. Juga kaum wanita, mereka menangis di rumah-rumah mereka.

Kemudian Umar pergi menemui putrinya, Hafshah, yang telah dinikahi oleh Rasulullah SAW. Umar pun mendapati Hafshah sedang menangis di kamarnya. Dia kemudian bertanya kepada Hafshah, “Mengapa engkau menangis? Bukankah selama ini aku telah melarangmu agar tidak melakukan sesuatu yang dapat menyinggung perasaan Rasulullah SAW?” Hafshah tak menjawab apa-apa, dia terus menangis.
Umar lalu kembali ke masjid, terlihat olehnya beberapa orang sahabat sedang menangis di mimbar. Kemudian dia duduk bersama para sahabat, lalu berjalan ke arah kamar Nabi Muhammad SAW, yang terletak di tingkat atas masjid. Umar mendapati Rabah, sahabat yang selalu mengikuti Rasulullah, dan dia meminta kepada Rabah agar memohonkan izin kepada Rasulullah untuk menemuinya.
Rabah menghadap Nabi SAW, kemudian kembali dan memberitahukan bahwa dia telah menyampaikan permohonan izin Umar, namun Nabi SAW hanya diam. Permintaan untuk menjumpai Nabi SAW diulang beberapa kali, hingga ketiga kalinya barulah Nabi Muhammad SAW mengizinkan Umar untuk naik menghadapnya.
Ketika masuk, Umar melihat Nabi SAW tengah berbaring di atas sehelai tikar yang terbuat dari pelepah daun kurma, sehingga pada badan Nabi SAW yang putih bersih itu terlihat jelas bekas-bekas guratan daun kurma. Di tempat kepala beliau ada sebuah bantal yang terbuat dari kulit binatang yang dipenuhi daun dan kulit pohon kurma.
Selepas mengucapkan salam kepada beliau, Umar kemudian bertanya,” Apakah Tuan telah menceraikan isteri-isteri Tuan, ya Rasulullah?” Nabi SAW menjawab, ‘Tidak.”
Umar sedikit lega, lalu dia mengatakan,”Ya Rasulullah, kita adalah kaum Quraisy yang selamanya telah menguasai wanita-wanita kita. Tetapi setelah kita hijrah ke Madinah, keadaannya sungguh berbeza dengan orang-orang Ansar. Mereka telah dikuasai wanita-wanita mereka sehingga wanita-wanita kita terpengaruh dengan kebiasaan kaum Ansar.” Nabi SAW tersenyum mendengar perkataan Umar.
Umar pun Menangis.
Umar lalu memperhatikan keadaan kamar Nabi SAW. Terlihat tiga lembar kulit binatang yang telah disamak dan sedikit gandum di sudut kamar itu, selain itu tidak terdapat apa pun. Umar menangis sesenggukan melihat keadaan Nabi yang seperti itu.
Tiba-tiba Rasulullah SAW bertanya kepada Umar, “Mengapa engkau menangis, wahai Umar?”
“Bagaimana saya tidak menangis, ya Rasulullah. Saya sedih melihat bekas tanda tikar di badan Tuan yang mulia dan saya prihatin melihat keadaan kamar ini. Semoga Allah SWT mengkaruniakan kepada tuan bekal yang lebih banyak.
Orang-orang Parsi dan Romawi yang tidak beragama dan tidak menyembah Allah, tetapi raja mereka hidup mewah. Mereka hidup dikelilingi taman yang di tengahnya mengalir sungai, sedangkan engkau adalah Rasul Allah, tetapi engkau hidup dalam keadaan sangat miskin,” kata Umar bin Khaththab.
Mendengar jawaban Umar, Rasulullah SAW bangun dan berkata, “Wahai Umar, sepertinya engkau masih ragu mengenai hal ini. Dengarlah, kenikmatan di alam akhirat tentu akan lebih baik daripada kesenangan hidup dan kemewahan di dunia ini. Jika orang-orang kafir itu dapat hidup mewah di dunia ini, kita pun akan memperoleh segala kenikmatan tersebut di akhirat nanti. Di sana kita akan mendapatkan segala-galanya.”
Kata-kata Nabi “Jika orang-orang kafir itu dapat hidup mewah di dunia ini, kita pun akan memperoleh segala kenikmatan tersebut di akhirat nanti” tentu tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahawa keadaan di akhirat, dalam hal ini di syurga, sama dengan “kenikmatan tersebut”. Kerana, dalam sebuah hadis dikatakan, kenikmatan di syurga itu sungguh luar biasa, belum pernah kita lihat dan kita dengar sebelumnya, bahkan kita bayangkan saja belum.
Mendengar sabda Nabi, Umar merasa menyesal. Lalu dia berkata, “Ya Rasulullah, mohonlah kepada Allah SWT untuk saya. Saya telah bersalah dalam hal ini.”
Rasulullah SAW membesarkan hati sahabatnya itu. Umar pun merasa lega.
Kehidupan beliau yang zuhud itu pun menjadi salah satu keutamaan beliau yang sebelumnya sering disalah ertikan oleh para isterinya. Dan setelah kejadian itu, Rasulullah menasihati para isterinya akan kepastian janji-janji Allah SWT di yaumul akhir. Para isteri itu pun akhrinya menyesali perilaku mereka dan memperbaharui kesetiaan mereka kepada Rasulullah SAW bahawa, apa pun yang terjadi, mereka semua memilih ikut Rasulullah SAW, termasuk untuk hidup zuhud.

Sumber: http://www.madinatulilmi.com/

Wednesday, January 23, 2013

KASIH RASULULLAH BUAT UMAT

Sayyidatuna ‘Aisyah رضي الله عنها berkata: 


Tatkala aku melihat Nabi صلى الله عليه وآله وسلم berada dalam keadaan baik, 


aku berkata: Wahai Rasulullah! Berdoalah kepada Allah untukku.


Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم pun mendoakannya: 



Ya Allah! Ampunilah dosa ‘Aisyah yang terdahulu dan yang terkemudian, yang tersembunyi dan yang terang-terangan.

Lalu Sayyidatuna ‘Aisyah رضي الله عنها ketawa kegembiraan sehingga kepalanya jatuh ke riba Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم kerana terlalu gembira.

Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bertanya: Apakah doaku menggembirakanmu?

Sayyidatuna ‘Aisyah رضي الله عنها menjawab: Kenapa tidak, aku begitu gembira dengan doamu itu.

Lantas Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم pun bersabda: 

Demi Allah! Inilah doa yang aku panjatkan untuk umatku dalam setiap solat.

(Hadith ini telah diriwayatkan oleh al Bazzar dan rijalnya (perawinya) adalah rijal yang sohih, melainkan Ahmad ibn Mansur al Ramadi merupakan seorang yang thiqah. (Demikian juga sebagaimana yang disebutkan di dalam Majma’ al Zawaid 9/243).


Begitu dalam cintanya Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم kepada kita. Apakah tindakan kita?
Sanggupkah kita membiarkan cinta Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم 'bertepuk sebelah tangan'?
Perbanyakkanlah Solawat pada Rasulullah


33:56


Sesungguhnya Allah dan malaikatNya berselawat (memberi segala penghormatan dan kebaikan) kepada Nabi (Muhammad s.a.w); wahai orang-orang yang beriman berselawatlah kamu kepadanya serta ucapkanlah salam sejahtera dengan penghormatan yang sepenuhnya.

Tuesday, January 22, 2013

40 TAHUN BERBUAT DOSA


Dalam sebuah riwayat dijelaskan, bahwa pada zaman Nabi Musa as, kaum bani Israil pernah ditimpa musim kemarau panjang, lalu mereka berkumpul menemui Nabi Musa as dan berkata: "Wahai Kalamullah, tolonglah doakan kami kepada Tuhanmu supaya Dia berkenan menurunkan hujan untuk kami!"

Kemudian berdirilah Nabi Musa as bersama kaumnya dan mereka bersama-sama berangkat menuju ke tanah lapang. Dalam suatu pendapat dikatakan bahwa jumlah mereka pada waktu itu lebih kurang tujuh puluh ribu orang.

Setelah mereka sampai ke tempat yang dituju, maka Nabi Musa as mulai berdoa. Diantara isi doanya itu ialah: 



"Tuhanku, siramlah kami dengan air hujan-Mu, taburkanlah kepada kami rahmat-Mu dan kasihanilah kami terutama bagi anak-anak kecil yang masih menyusu, hewan ternak yang memerlukan rumput dan orang-orang tua yang sudah bongkok. Sebagaimana yang kami saksikan pada saat ini, langit sangat cerah dan matahari semakin panas.


Tuhanku, jika seandainya Engkau tidak lagi menganggap kedudukanku sebagai Nabi-Mu, maka aku mengharapkan keberkatan Nabi yang ummi yaitu Muhammad SAW yang akan Engkau utus untuk Nabi akhir zaman."

Kepada Nabi Musa as Allah menurunkan wahyu-Nya yang isinya: "Aku tidak pernah merendahkan kedudukanmu di sisi-Ku, sesungguhnya di sisi-Ku kamu mempunyai kedudukan yang tinggi. Akan tetapi bersama denganmu ini ada orang yang secara terang-terangan melakukan perbuatan maksiat selama empat puluh tahun. Engkau boleh memanggilnya supaya ia keluar dari kumpulan orang-orang yang hadir di tempat ini! Orang itulah sebagai penyebab terhalangnya turun hujan untuk kamu semuanya."

Nabi Musa kembali berkata: "Wahai Tuhanku, aku adalah hamba-Mu yang lemah, suaraku juga lemah, apakah mungkin suaraku ini akan dapat didengarnya, sedangkan jumlah mereka lebih dari tujuh puluh ribu orang?" Allah berfirman: "Wahai Musa, kamulah yang memanggil dan Aku-lah yang akan menyampaikannya kepada mereka!."

Menuruti apa yang diperintahkan oleh Allah, maka Nabi Musa as segera berdiri dan berseru kepada kaumnya: "Wahai seorang hamba yang durhaka yang secara terang-terangan melakukannya bahkan lamanya sebanyak empat puluh tahun, keluarlah kamu dari rombongan kami ini, karena kamulah, hujan tidak diturunkan oleh Allah kepada kami semuanya!"

Mendengar seruan dari Nabi Musa as itu, maka orang yang durhaka itu berdiri sambil melihat kekanan kekiri. Akan tetapi, dia tidak melihat seorangpun yang keluar dari rombongan itu. Dengan demikian tahulah dia bahwa yang dimaksudkan oleh Nabi Musa as itu adalah dirinya sendiri. Di dalam hatinya berkata: "Jika aku keluar dari rombongan ini, niscaya akan terbukalah segala kejahatan yang telah aku lakukan selama ini terhadap kaum bani Israil, akan tetapi bila aku tetap bertahan untuk tetap duduk bersama mereka, pasti hujan tidak akan diturunkan oleh Allah SWT."

Setelah berkata demikian dalam hatinya, lelaki itu lalu menyembunyikan kepalanya di sebalik bajunya dan menyesali segala perbuatan yang telah dilakukannya sambil berdoa:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah durhaka kepada-Mu selama lebih empat puluh tahun, walaupun demikian Engkau masih memberikan kesempatan kepadaku dan sekarang aku datang kepada-Mu dengan ketaatan maka terimalah taubatku ini."

Beberapa saat selepas itu, kelihatanlah awan yang bergumpalan di langit, seiring dengan itu hujanpun turun dengan lebatnya bagaikan ditumpahkan dari atas langit.

Melihat keadaan demikian maka Nabi Musa as berkata: "Tuhanku, mengapa Engkau memberikan hujan kepada kami, bukankah di antara kami tidak ada seorangpun yang keluar serta mengakui akan dosa yang dilakukannya?"

Allah berfirman: "Wahai Musa, aku menurunkan hujan ini juga di sebabkan oleh orang yang dahulunya sebagai sebab Aku tidak menurunkan hujan kepada kamu."

Nabi Musa berkata: "Tuhanku, lihatkanlah kepadaku siapa sebenarnya hamba-Mu yang taat itu?"

Allah berfirman: "Wahai Musa, dulu ketika dia durhaka kepada-Ku, Aku tidak pernah membuka aibnya. Apakah sekarang. Aku akan membuka aibnya itu ketika dia telah taat kepada-Ku? Wahai Musa, sesungguhnya Aku sangat benci kepada orang yang suka mengadu. Apakah sekarang Aku harus menjadi pengadu?"